Latar Belakang Efek Tayangan Kekerasan Bagi Anak
Lisdiana Kurniasih (Mahasiswi IKIP PGRI Semarang, Angkatan 2009)
Pada era
globalisasi ini, media massa seperti media elektronik yaitu televisi adalah
media yang mampu menyebarkan berita informasi secara cepat dan memiliki
kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah besar dan tak terhingga pada waktu
yang bersamaan. Media elektronik ini dikonsumsi di semua jenjang usia bahkan
bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas kesehariannya, bahkan media elektronik sudah menjadi agenda
wajib bagi mereka.
Seperti yang
sebelumnya kita ketahui televisi merupakan alat komunikasi media publik yang
paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat umum dibandingkan media masa lainnya.
Televisi sangatlah sangatlah bersifat destruktif saat ini, setidaknya lebih
banyak mengandung unsur ekspolitasi dibandingkan sisi eksplorasi. Sebab acara
yang disajikan bukanlah menumbuhkan kreativitas dan mengembangkan wawasan
keilmuan melainkan membuat masyarakat stagnan dan cenderung jalan di
tempat.
Media
elektronik mampu membuat orang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka
lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tersebut akan
mengikuti acara televisi yang ia tonton. Apabila apa yang ia tonton acara yang
bersifat edukatif, maka akan bisa berdampak positif. Tetapi jika yang ia tonton
lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur
negatif atau penyimpangan bahkan sampai pada kekerasan, maka hal ini akan
memberikan dampak yang negatif pula terhadap pola perilaku anak yang menonton
acara televisi tersebut.
Walaupun
pengaruhnya tidak dapat dilihat secara langsung, namun tayangan televisi sangat
mempunyai kemungkinan untuk memacu dan memberi stimulan pada daya apresiasi
anak. Kisah-kisah yang ditampilkan tayangan televisi dapat membantu anak
memahami kehidupan sekitarnya. Pada dasarnya sebuah tayangan televisi itu
bersifat stimulan.
Oleh sebab
itu, peran serta orang tua dalam keadaan ini sangat dibutuhkan. Sudah
seharusnya setiap orang tua mengawasi acara televisi yang menjadi tontonan
anaknya dan sehingga dapat melakukan proteksi terhadap dampak-dampak yang akan
ditimbulkan. Untuk itu setiap orang tua agar lebih berhati-hati terhadap acara
yang disiarkan media elektronik dan bisa mngantisipasi dampak-dampak yang bisa ditimbulkan dari acara-acara
tersebut. Serta orang tua harus lebih selektif dalam menjaga anak sehingga
fungsi media elektronik sebagai sarana informatif, edukatif, rekreatif dan
sebagai sarana mensosialisasi nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang
lama maupun yang baru dapat berjalan sebagaiman mestinya dan sebagaimana
fungsinya.
Nilai moral
dijadikan dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar disiplin diri adalah nolai moral dasar (agama).
Penempatann
dan pengupayaan nilai moral dasar sebagai dasar pijakan berperilaku yang
dilandasi oleh kesadaran mereka bahwa nilai dasar (agama) dapat menjadi benteng
kokoh untuk mencegah anak-anak melakukan penyimpangan perilaku.
Tujuan
pendidikan moral ini, sebenarnya dapat ditemukan dalam cakupan isi dan tujuan
yang dikehendaki oleh bidang studi PKn yang diajarkan di sekolah di Indonesia,
yaitu yang bersumber dari nilai-nilai kedua dari Pancasila, yaitu kemanusiaan
yang adil dan beradab. Oleh karena itu, konsep prinsip moralitas harus bermuara
pada prinsip keadilan. Prinsip ini bersentral kepada nilai liberttyequality
(kebebasan), (kesamaan), reciprocity (saling terima) dan
setiap tahapan moral tersebut memperhatikan nilai-nilai keadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar