Lisdiana
Kurniasih (Mahasiswi IKIP PGRI Semarang)
a)
Pengertian
Ketrampilan Berbicara
Keterampilan
berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Peserta didik harus menguasai keempat aspek
tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan
berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi peserta
didik dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu
sebagai alat untuk berkomunikasi.
Berbicara
merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif,
artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan gagasan,
pikiran atau perasaan sehingga gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara
dapat dipahami orang lain. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan
secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi
antara penutur dan mitra tutur. Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa
berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetapi tidak semua memiliki
keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pelajaran
berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa
di sekolah dasar.
Berbicara
diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta
perasaan (Tarigan, 1983:14). Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu
sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible)
yang memanfaatkan sejumlah otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan
gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis,
neurologis,semantik, dan linguistik.
b)
Tujuan
Ketrampilan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu
mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara
adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
maka sebaiknya sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan,
dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia
harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi
pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37)
tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1)
menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5)
menggerakkan.
Pentingnya
keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh
Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara
yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan
sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan,
keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan peserta didik
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Daftar
Referensi :
Ali, Muhammad. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Algasindo
Egar, Kiera. 2009. Pengajaran yang Imajinatif. Jakarta
: PT. INDEKS
Gathercok, Susan E.
2009. Memori Kerja dan Proses Belajar.
Jakarta : PT INDEKS
Mulyati. 2010. Diagnosa Kesulitan Belajar.
Semarang : IKIP PGRI PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar