Oleh : Lisdiana Kurniasih (Mahasiswi PGSD IKIP PGRI Semarang)
Kondisi masyarakat Indonesia saat ini menunjukkan bahwa terjadi suatu keguncangan yang cukup memprihatinkan dalam perkembangan peradaban bangsa kita. Nilai-nilai fundamental mulai memudar dari hati nurani manusianya sendiri. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya merosotnya nilai moralitas sebagian masyarakatnya dalam bentuk ketergantungan narkotik dan obat terlarang lainnya.
Upaya
lahir dan batin tidaklah cukup jika hanya dilakukan oleh sebagian kecil dari
rakyat Indonesia saja, tetapi tentu saja diharapkan bagi seluruh masyarakat dan
dari seluruh lapisan masyarakat haruslan mengkonstruksi pendidikan nilai dan
spriritualitas bagi rakyat Indonesia. Karena penanaman nilai secara dini
dilakukan dalam keluarga, terutama oleh orang tua, kemudian di sekolah secara
formal oleh guru, maka perlu rekonstruksi dilakukan oleh peran orang tua serta
peran guru.
Pendidikan
nilai di lingkungan keluarga dan sekolah memang memerlukan berbagai inovasi,
guna mengatasi masalah yang kita hadapi saat ini dan untuk mengantisipasi
masalah yang mungkin muncul pada masa yang akan datang. Karena masalah besar
hanya mungkin akan dapat diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang
bagus pula. Maka dari itu, perlu
dipikirkan pula kemungkinan terjadi
dalam melaksanakan pendidikan nilai, yang secara relatif sesuai dengan
tantangan mas kini dan masa yang akan datang.
Kerja
sama yang sinergis antara
sekolah dan keluarga perlu ditingkatkan supaya tidak terjadi kontradiksi atau
ketidakselarasan antara nilai-nilai yang harus dipegang teguh oleh anak-anak di
sekolah dan yang harus yang mereka ikuti
di lingkungan keluarga atau masyarakat. Apabila terjadi konflik nilai,
anak-anak mungkin akan merasa bingung sehingga tidak memiliki pegangan nilai
yang menjadi acuan dalam berperilakunya. Akibatnya, mereka tidak mampu
mengontrol diri dalam menghadapi pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan
sekitar mereka.
Pola
kemitraan antara sekolah dan keluarga
yang dilakukan keduanya itu berlangsung secara alamiah dan berkesinambungan sehingga
dapat menyatukan langkah dalam mendidik putra-putri bangsa Indonsia. Penciptaan
suasana yang kondusif bagi pendidikan nilai, baik di sekolah maupun di rumah
tampaknya merupakan salah satu bentuk kemitraan yang perlu dikembangkan secar
berkelanjutan.
Suasana
kehidupan di sekolah dan di rumah mempengaruhi perkembangan kepribadian anak,
karena hal itu merupakan wahana penyemaian nilai-nilai yang akan dijadikan
acuan oleh anak dalam setiap tindakannya. Untuk itulah ciptakan suasana yang
tenteram bagi anak, hal ini dimaksudkan timbul kesukarelaan dari diri anak itu
sendiri untuk melakukan dorongan kuat mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah
dengan sebaik-baiknya. Lebih dari itu, mereka akan sukarela menerima dan
mengamalkan nilai-nilai positif yang menjadi keyakinan mereka beserta seluruh
anggota keluarga.
Nilai-nilai
positif yang hendak dikembangkan di sekolah, yang juga diprogramkan untuk
dikembangkan di lingkungan keluarga, hendaknya merupakan hasil diskusi pihak
sekolah dan perwakilan orang tua peserta didik. Selanjutnya, hal itu perlu
diasosiasikan kepada seluruh orang tua peserta didik. Caranya tidaklah harus
melalui tatap muka, tetapi dapat dilakukan lewat brosur-brosur sehingga dapat
dibaca ulang oleh orang tua, atau apabila memungkinkan lebih baik dibacakan
oleh anak kepada orang tuanya masing-masing. Komunikasi tertulis ini sedapat
mungkin dikembangkan, agar pihak sekolah dan keluarga dapat secara mudah saling
mengingatkan apabila terjadi penyimpangan dari keputusan yang telah dibuat
bersama.
Sumber Referensi :
- Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
- Ivona, Indah. 2003. Pendidikan Budi Pekerti Untuk SD. Yogyakarta : Kanisius
- Zuchdi, Darmayati. 2008. Humanisasi Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara