Sabtu, 18 Februari 2012

MUNCULNYA KONSEPSI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR


Lisdiana Kurniasih (Mahasiswi IKIP PGRI Semarang, Angkatan 2009)
 
Dalam proses pembelajaran yang diharapkan adalah tercapainya hasil belajar yang baik. Sebagai tolok ukur akan keberhasilan dalam proses pembelajaran, pada umumnya adalah dari kebanyakan lulusan yang bermutu tinggi, dan hal tersebut sesuai dengan kebutuhan akan masyarakat.
Menurut Mikarsa dalam (Listyaningsih : 459), mengemukakan bahwa upaya peningkatan kualitas pembelajaran di Indonesia harus dimulai dari tingkat pendidikan yang paling dasar yaitu tingkat sekolah dasar. Karena pada pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) merupakan tingkat awal dan sebagai titik tolak bagi pendidikan selanjutnya. Dalam pendidikan di SD bukanlah hanya sekedar hanya memberikan bekal kemampuan intelektual dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung saja melainkan juga sebagai proses mengembangakan kemampuan dasar peserta didik secara optimal dalam aspek intelektual, sosial dan personal untuk dapat melanjutkan pendidikan di jenjang berikutnya yaitu SLTP atau yang sederjat.
Berdasarkan pendapat ahli diatas memang tidaklah benar bahwa pendidikan hanya akan sekedar memberikan bekal kemampuan dasar semata, melainkan kemampuan serta ketrampilan yang terkait dengan kehidupan peserta didik di masa mendatang juga diperlukan. Terlebih lagi untuk di masa sekarang ini, banyak pendidikan tercemari oleh ketidakmampuan manusianya untuk bisa menangani konsep dirinya sendiri secara baik dan benar. Bahkan tak jarang manusianya itu tidak dapat bertanggung jawab atas dirinya maupun kualitas terhadap kehidupannya.
A.           Munculnya Konsepsi  Pendidikan Budi Pekerti
Adanya pendidikan nilai/moral atau pendidikan budi pekerti ini mulai muncul ketika banyak fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya manusia dari berbagai lapisan masyarakat yang memang dikatakan masih belum sadar akan nilai moralitasnya dalam tindakan nyata di kehidupan sehari-hari. Mereka masih mengabaikan bahkan tidak perduli akan nilai moralitasnya yang mulai terkikis.
Untuk itulah perlu disadari benar bahwa nilai moralitas yang dapat ditanamkan melalui pendidikan budi pekerti baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, pentinglah keberadaannya. Hal ini tentu saja, secara tidak disadari akan mempengaruhi kelangsungan hidup manusianya itu sendiri baik di masa sekarang maupun di masa mendatang.
Berikut merupakan bentuk pendidikan budi pekerti yang terjadi di sekolah dasar :





B.            Konsepsi Pendidikan Nilai dan Moralitas
Pendidikan moral/nilai dapat disampaikan dengan metode langsung maupun tak langsung dalam pembelajaran di sekolah, tetapi hal tersebut dapat disisipkan dalam pembelajaran sehingga secara tidak langsung ada proses penanaman pendidikan nilai kepada peserta didik. Namun, perlu diingat bahwa tindakan moral haruslah selaras pemikiran moral hanya mungkin dicapai lewat pencerdasan emosional dan spiritual serta pembiasaan.
Pendidikan moral atau nilai hendaknya difokuskan pada kaitan antar pemikiran moral dan tindakan bermoral. Konsepsi moralitas perlu diintegrasikan dengan pengalaman dalam kehidupan sosial. Pemikiran moral dapat berkembang antara lain dengan dilema moral, yang menuntut keputusan dalam kondisi yang sangat dilematis. Diharapkan dengan cara ini, pemikiran moral dapat berkembang dari tingkat yang paling rendah yang berorientasi  pada kepatuhan pada otoritas karena takut akan hukuman fisik ke tingkat-tingkat yang lebih tinggi.
Pengembangan pemikiran moral perlu disertai dengan pengembangan komponen afektif (sikap dan perilaku). Dalam proses perkembangan moral, kedua komponen tersebut yaitu komponen kognitif dan afektif sama pentingnya. Aspek kognitif memungkinkan seseorang dapat menentukan pilihan moral secara tepat, sedangkan aspek afektif menajamkan kepekaan hati nurani, yang memberikan dorongan untuk melakukan tindakan bermoral.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar